Usai sudah perhelatan pesta demokrasi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (FT UNY) 2018. Terdapat beberapa fakta yang menarik pada penyelenggaraan Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa) FT UNY 2018, yang diselenggarakan Selasa, 11 Desember 2018 silam. Pertama, pada pemilihan Ketua-Wakil Ketua BEM, pasangan nomor 1 yaitu Masagus M. Fikri-Nanang Setiawan hanya unggul sangat sangat tipis dari pasangan nomor 2, yaitu hanya selisih 0,56% suara. Kemenangan pasangan nomor 1 ini menjadi sejarah bagi BEM FT UNY yang untuk pertama kalinya akan dipimpin oleh Ketua dan Wakil Ketua yang keduanya bukan berlatar belakang sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa (HIMA) sebelumnya.
Kedua, pada pemilihan Ketua Himpunan Mahasiswa Boga dan Busana (HIMAGANA), terdapat sebanyak 0,76% surat suara yang hilang. Namun ketiga calon sepakat untuk tidak perlu mencari dan menghitung perolehan suara dari surat suara yang hilang tersebut, karena hasil perolehan salah satu calon sudah jelas unggul telak. Ketiga, pada pemilihan Ketua Himpunan Mahasiswa Elektro (HME), diperoleh hasil imbang. Calon nomor 1 dan nomor 2 sama-sama memperoleh 42,99% suara. Hal ini menjadikan bagaimana langkah ke depan untuk menentukan Ketua HME, dikembalikan ke internal HME itu sendiri.
Dan keempat, tentu saja ini adalah kali pertama civitas academica FT UNY benar-benar bisa mengawal dinamika proses dan hasil Pemilwa dari awal sampai akhir, berkat aplikasi Sistem Informasi Pemilwa FT UNY 2018 yang beralamatkan di http://pemilwaft.wongselo.com, yang diluncurkan dengan semangat untuk menjadikan pesta demokrasi ini semakin lebih jujur, transparan, dan terpercaya, serta semakin efektif dan efisien. Sistem Informasi Pemilwa ini hadir berkat kerjasama Komisi Pemilihan Umum (KPU) FT UNY dengan Wongselo.com, sebuah perusahaan start up di bidang teknologi informasi.
Ketua KPU FT UNY 2018, Dani Purwadi menaruh harapan besar bahwa Sistem Informasi ini dapat semakin memperlancar jalannya Pemilwa. “Dengan adanya Sistem Informasi ini, harapannya jalannya Pemilwa FT UNY 2018 akan lebih lancar dan dapat meminimalisir kecurangan baik saat verifikasi, kampanye, dan saat pemungutan suara, serta saat penghitungan suara,” kata Dani.
KPU pun terbukti sangat terbantu dengan adanya sistem ini, karena kinerja mereka benar-benar semakin dipermudah. Contoh konkritnya adalah saat verifikasi berkas bakal peserta Pemilwa, pada tahun sebelumnya saat fitur verifikasi pada sistem ini belum diterapkan, KPU dan Bawaslu harus melakukan proses verifikasi secara manual yang memakan waktu dua hari satu malam, dan itupun sampai harus dilakukan dua kali dikarenakan terjadi kekeliruan dalam menghitung berkas sehingga secara total memakan waktu empat hari dua malam. Namun berkat fitur verifikasi yang disediakan oleh Sistem Informasi, proses verifikasi berkas pada Pemilwa tahun ini hanya membutuhkan waktu 3 jam saja tanpa ada satu pun kekeliruan. Tidak ada pula kertas yang perlu dikeluarkan oleh KPU untuk presensi ataupun merekap data diri pemilih saat hari H pemungutan suara, karena proses tersebut sudah murni dilakukan dengan sistem online.
Peningkatan jumlah partisipan dalam Pemilwa tahun ini pun tak lepas berkat dari adanya Sistem Informasi ini. Dengan adanya data akurat yang disediakan oleh Sistem Informasi ini, KPU saat hari H dapat memetakan secara global Tempat Pemungutan Suara (TPS), jurusan, program studi, dan angkatan mana saja yang jumlah pemilihnya masih rendah. Sehingga KPU langsung dapat jemput bola kepada mahasiswa, menarget siapa-siapa saja mahasiswa yang sekiranya belum mencoblos untuk segera datang ke TPS. Terbukti, pemungutan suara Pemilwa yang tahun sebelumnya hanya diikuti oleh 33,5% mahasiswa, kini di tahun ini meningkat pesat menjadi 44,2% mahasiswa.
Dari survei yang dilakukan oleh
Wongselo.com terhadap 43 orang mahasiswa FT UNY, diperoleh fakta bahwasanya
mayoritas responden puas terhadap Sistem Informasi Pemilwa ini. 79,44%
responden sepakat bahwa sistem
ini telah menyediakan informasi penting dan bermanfaat bagi publik seputar
Pemilwa. 77,22% responden sepakat bahwa sistem ini menyediakan informasi
tentang peraturan-peraturan dalam Pemilwa secara terbuka. 76,11%
responden sepakat bahwa sistem ini telah menyediakan informasi tentang proses
pendaftaran, verifikasi bakal calon, dan penetapan calon secara transparan.
76,11% responden sepakat bahwa sistem ini telah menyediakan informasi data
diri, visi misi, sosial media, dan lain-lain seputar para calon yang maju dalam
Pemilwa. 85% responden sepakat bahwa telah dibukanya TPS Umum (terwujud
optimal dengan bantuan sistem ini) yang memungkinkan pemilih dari Daerah
Pemilihan (Dapil) manapun untuk mencoblos di sana, sangatlah bermanfaat bagi mahasiswa
yang sedang sibuk dan tidak sempat untuk ke jurusannya namun tetap bisa untuk
mengikuti Pemilwa.
85,56% responden sepakat bahwa keberhasilan
sistem ini dalam mencegah beberapa oknum masyarakat yang mencoba untuk memilih
lebih dari satu kali maupun oknum ilegal tak terdaftar yang mencoba untuk
memilih adalah hal yang sangat patut diapresiasi dari sistem ini. 82,22%
responden sepakat bahwa sistem ini sudah menyediakan data dan statistik
pengguna hak pilih serta proses dan hasil penghitungan suara Pemilwa yang realtime dan sangat akurat. 86,67%
responden sepakat bahwa adanya sistem informasi ini menghemat sumber daya mahasiswa
karena publik dapat memantau proses dan hasil Pemilwa dari manapun mereka berada.
80% responden sepakat bahwa sistem ini telah menyediakan wadah yang bisa
menjadi sarana bagi masyarakat untuk melaporkan pelanggaran atau hal-hal
penting lain seputar Pemilwa kepada Badan Pengawas Pemilihan Umum Mahasiswa (Bawaslu).
82,22% responden sepakat bahwa Sistem Informasi Pemilwa ini terbukti telah
mampu mengatasi berbagai permasalahan dan layak untuk diterapkan di lingkup
yang lebih luas, seperti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ataupun Pemilihan
Umum (Pemilu).
Ilham Bagoes Tripoetra, seorang mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika 2014 saat dimintai keterangan berpendapat bahwa menurutnya alangkah lebih bagus apabila sistem ini juga menyediakan fitur pemilihan secara online. “Sejauh ini menurut saya sudah bagus dan pemberitahuan dan penyebarluasan kepada para mahasiswa tentang adanya sistem informasi ini sudah cukup baik, tapi diharapkan aplikasi ini bisa jauh lebih canggih lagi mungkin dengan menambahkan fitur coblos/pemilihan calon ketua secara online sekaligus juga akan mengurangi limbah kertas di kampus dan dimanapun,” tutur Ilham.
“Sangat membantu kinerja dari pihak penyelenggara dan memberikan banyak informasi yang tepat untuk pemilih,” ujar Yenni Fatimah, mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika 2018. Lain lagi dengan Atha Fawwaz Rudiyanto, yang lebih menyoroti kebermanfaatan fitur real count yang disediakan sistem ini. “Sistem Informasi ini terbukti sangat sangat ampuh. Saya yang awalnya memantau langsung perhitungan suara hingga mengantuk di KPLT pun tetap bisa terus mengikutinya melalui sistem ini saat saya sudah di kos sampai saya ketiduran,” ungkap mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif 2015 ini.
Secara umum mahasiswa puas dengan Sistem Informasi ini. Tentu saja diharapkan ke depannya sistem ini dapat terus dikembangkan menjadi semakin lebih baik lagi, dan FT UNY sekali lagi menjadi pionir terdepan dalam pemanfaatan teknologi untuk menjadikan kinerja kita semakin efektif dan efisien.
